Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sanksi Trump Pangkas Minyak Dunia Lebih Besar Daripada OPEC

image-gnews
Presiden AS Donald Trump menunjukkan perintah eksekutif yang menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran di Kantor Oval Gedung Putih di Washington, AS, 24 Juni 2019. [REUTERS / Carlos Barria]
Presiden AS Donald Trump menunjukkan perintah eksekutif yang menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran di Kantor Oval Gedung Putih di Washington, AS, 24 Juni 2019. [REUTERS / Carlos Barria]
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sanksi AS Donald Trump terhadap negara lain telah memangkas pasokan minyak dunia lebih besar dibanding kesepakatan produksi yang dibuat OPEC.

Menurut laporan Reuters, 27 Juni 2019, kebijakan luar negeri Donald Trump untuk embargo produksi minyak di Iran dan Venezuela di bawah sanksi AS, turun lebih banyak daripada kesepakatan anggota OPEC lainnya untuk pemotongan pasokan.

Baca juga: Pasokan Minyak OPEC Terendah dalam 4 Tahun

Sanksi telah memperdalam dampak dari pemotongan pasokan yang disepakati oleh OPEC, yang akan bertemu pada Senin dan Selasa depan di Wina untuk memperbarui perjanjian.

OPEC dan sekutunya akan bertemu pada hari Senin dan Selasa di Wina untuk memutuskan apakah akan memperpanjang pengurangan pasokan.

Baca juga: Pasokan Minyak Dunia 2019 Terancam Karena Krisis Venezuela

OPEC, Rusia dan non-anggota lainnya, atau aliansi yang dikenal sebagai OPEC+, sepakat pada bulan Desember untuk mengurangi pasokan sebesar 1,2 juta barel per hari dari 1 Januari. Bagian OPEC dari pemotongan adalah 800.000 barel per hari, yang akan dikirimkan oleh 11 anggota, semua kecuali Iran, Libya, dan Venezuela.

Pemotongan aktual lebih dari 2,5 juta barel per hari, menurut angka OPEC, karena eksportir utama Arab Saudi telah mengurangi pasokan secara sukarela lebih dari yang disyaratkan kesepakatan, dan karena sanksi AS terhadap dua anggota pendiri OPEC, Venezuela dan Iran.

Gedung perusahaan minyak negara Venezuela, PDVSA di Caracas, Venezuela, 28 Januari 2019. [REUTERS]

Trump telah meminta OPEC untuk memompa lebih banyak minyak agar harga minyak turun, yang mencapai harga tertinggi tahun 2019 di atas US$ 75 (Rp 1.063.168) per barel pada April kemarin, meski setelahnya turun kembali menjadi sekitar US$ 66 (Rp 935.553) per barel.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Baca juga: Minyak Iran Kena Sanksi, Arab Saudi - Rusia Genjot Produksi

Beberapa orang dalam OPEC berpendapat bahwa Trump yang harus disalahkan atas naiknya harga minyak dunia.

"Anda tidak dapat menjatuhkan sanksi pada dua anggota pendiri OPEC dan masih menyalahkan OPEC," kata seorang pejabat senior OPEC Iran, Hossein Kazempour Ardebili, tahun lalu.

Produksi Oktober 2018 adalah batas yang dijadikan pedoman ukuran oleh sebagian besar anggota OPEC dalam perjanjian pasokan. Pasokan dari tiga negara dibawah sanksi AS telah menurun sebesar 1,37 juta barel per hari pada bulan Mei.

Jumlah itu melebihi penurunan 1,16 juta barel per hari yang disalurkan oleh 11 negara yang terlibat dalam kesepakatan pengurangan pasokan dalam waktu yang bersamaan.

Output di Venezuela, yang pernah menjadi tiga besar produsen OPEC, telah jatuh selama bertahun-tahun karena keruntuhan ekonomi. Tahun ini, penurunan semakin drastis karena sanksi AS terhadap perusahaan minyak negara PDVSA yang dirancang untuk menggulingkan Presiden Nicolas Maduro.

Baca juga: Venezuela Kesulitan Cari Pembeli Minyak Akibat Sanksi AS

Amerika Serikat menerapkan kembali sanksi terhadap Iran pada November 2018 setelah menarik diri dari perjanjian nuklir antara Teheran dan enam kekuatan dunia.
Sanksi ini bertujuan untuk mengurangi penjualan minyak Iran menjadi nol. Pada Mei tahun ini, AS mengakhiri sanksi keringanan bagi importir minyak Iran.

Ekspor minyak mentah Iran telah turun menjadi sekitar 300.000 barel per hari dalam tiga minggu pertama Juni, menurut sumber industri yang melacak arus dan data dari Refinitiv Eikon, dari di atas 2,5 juta barel per hari pada April 2018 sebelum Donald Trump keluar dari kesepakatan nuklir.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

5 menit lalu

Donald Trump. REUTERS
Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

Donald Trump meluncurkan agenda untuk masa jabatan keduanya jika terpilih, di antaranya mendeportasi jutaan migran dan perang dagang dengan Cina.


Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

13 jam lalu

Bendera Rusia dan Korea Utara berkibar di Kosmodrom Vostochny, Rusia, 13 September 2023. Sputnik/Artem Geodakyan/Pool via  REUTERS
Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

Gedung Putih menyarankan agar Rusia dijatuhi lagi sanksi karena diduga telah secara diam-diam mengirim minyak olahan ke Korea Utara


Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

2 hari lalu

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

Hakim yang mengawasi persidangan pidana uang tutup mulut Donald Trump mendenda mantan presiden Amerika Serikat itu sebesar US$9.000 atau karena Rp146


Pedagang Sembako Pasar Palmerah Keluhkan Harga Gula Pasir dan Sagu Naik

3 hari lalu

Ilustrasi Gula Pasir. Tempo/Tony Hartawan
Pedagang Sembako Pasar Palmerah Keluhkan Harga Gula Pasir dan Sagu Naik

Selain gula pasir, bahan pokok lain yang dikeluhkan adalah keberadaan minyak kita yang hilang dari peredaran.


5 Sumber Kekayaan Negara Iran, Ada Gas Alam Hingga Saffron

6 hari lalu

Orang-orang menghadiri upacara pemakaman korban serangan ISIS di Kerman, Iran, 5 Januari 2024. Iran's Presidency/WANA (West Asia News Agency)/Handout via REUTERS
5 Sumber Kekayaan Negara Iran, Ada Gas Alam Hingga Saffron

Iran dikenal memiliki sumber daya alam dan potensi kekayaan yang tinggi. Termasuk saffron, apakah itu?


Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

7 hari lalu

Menteri Keuangan Sri Mulyani TEMPO/Tony Hartawan
Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

Menteri Keuangan Sri Mulyani bisa melakukan penyesuaian anggaran subsidi mengikuti perkembangan lonjakan harga minyak dunia.


Solusi Amin Ak Antisipasi Pengaruh Konflik Iran-Israel Terhadap Pasokan Minyak Domestik

11 hari lalu

Anggota Komisi VI DPR RI Amin Ak. Foto: Oji/vel
Solusi Amin Ak Antisipasi Pengaruh Konflik Iran-Israel Terhadap Pasokan Minyak Domestik

Anggota Komisi VI sekaligus anggota Panja Energi DPR RI, Amin Ak, mengingatkan pemerintah agar mengantisipasi dampak ekonomi dari konflik Iran dengan Israel, terutama dalam hal menjaga pasokan minyak domestik.


Kemendag Minta Masyarakat Bijak Berbelanja Menyusul Penguatan Dolar dan Kenaikan Harga Minyak Akibat Konflik Iran-Israel

13 hari lalu

Ilustrasi mata uang dolar.  REUTERS/Guadalupe Pardo
Kemendag Minta Masyarakat Bijak Berbelanja Menyusul Penguatan Dolar dan Kenaikan Harga Minyak Akibat Konflik Iran-Israel

Kenaikan harga minyak juga disebabkan penguatan dolar AS.


Seorang Pria Bakar Diri di Luar Gedung Pengadilan Saat Trump Disidang

13 hari lalu

Seseorang terbakar di luar gedung pengadilan tempat persidangan pidana uang tutup mulut mantan Presiden AS Donald Trump sedang berlangsung, di New York, AS, 19 April 2024, dalam tangkapan layar yang diambil dari sebuah video. Reuters TV via REUTERS
Seorang Pria Bakar Diri di Luar Gedung Pengadilan Saat Trump Disidang

Seorang pria membakar dirinya di luar gedung pengadilan New York tempat persidangan uang tutup mulut bersejarah Donald Trump.


Imbas Israel Serang Balik Iran, Rupiah Makin Keok

14 hari lalu

Karyawan menunjukkan uang pecahan 100 dolar Amerika di penukaran mata uang asing di Jakarta, Selasa 16 April 2024, Nilai tukar rupiah tercatat melemah hingga menembus level Rp16.200 per dolar Amerika Serikat (AS) setelah libur Lebaran 2024. Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia (BI) Edi Susianto menyampaikan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah terjadi seiring dengan adanya sejumlah perkembangan global saat libur Lebaran. TEMPO/Tony Hartawan
Imbas Israel Serang Balik Iran, Rupiah Makin Keok

Selain terhadap nilai tukar rupiah, gejolak konflik ini juga berefek pada harga emas dan minyak dunia.